Contoh PTK Kenaikan Pangkat SD Terbaru IPS Kelas 5 BAB 2 Metode VCT

 on Sunday, June 19, 2016  

Contoh PTK Kenaikan Pangkat - Contoh PTK Kenaikan Pangkat SD Terbaru IPS Kelas 5 BAB 2 Metode VCT - Berikut ini contoh laporan PTK lengkap untuk kenaikan pangkat Guru SD Kelas 5 dengan judul Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS tentang Kenampakan Buatan di Indonesia melalui Penggunaan Pendekatan Pembelajaran VCT di Kelas V SD.

BAB III KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori
1. Belajar
 Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu (1993:13).
Belajar adalah proses mencari jawaban dari yang tidak tahu menjadi tahu. Menurut Reg Revans (1998), belajar adalah proses menanyakan sesuatu yang berawal dari ketidaktahuan tentang apa yang dilakukan.
Belajar menurut Suharsimi Arikunto (1993:19) adalah suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan, dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan, keterampilan, ataupun sikap.
Menurut Morgan (dalam Purwanto, 1997: 84) bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Hilgard, Ernest R., dalam buku Theories of Learning (1948: 409) mengemukakan, belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau atas kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya)
2. Hasil Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hasil adalah sesuatu yang diadakan/dibuat oleh usaha (KBI; 343), dan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu; atau berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (KBI; 14). Menurut Gagne (dalam Susilo Herawati, 2005) bahwa belajar ialah suatu proses yang memungkinkan organisme mengubah tingkah lakunya dengati cepat dan sedikit banyak bersifat permanen. Jadi belajar adalah proses dan belajar dikatakan telah terjadi bila terdapat perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku dapat melalui dua cara belajar, yaitu pertama , lewat interaksi dengan lingkungan; dan kedua, lewat kematangan karena pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi di dalam diri siswa.
Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, hasil belajar merapakan sesuatu yang dibuat oleh guru untuk mengetahui hasil usaha siswa dalam belajar atau mengikuti pembelajaran materi tertentu.
Hasil belajar siswa mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek keterampilan (psikomotor).
Hasil belajar aspek kognitif, Bloom membaginya menjadi enam tingkatan, dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi yaitu : a) pengetahuan, b) pemahaman, 2) aplikasi, d) analisis, e) sintesis, dan 4) evaluasi.
Hasil belajar aspek/domain afektif, Krauthwohl membaginya menjadi lima kategori. Dari kategori terendah hingga yang tertinggi yaitu: a) penerimaan, b) memberikan respon, c) penilaian, d) organisasi, dan e) pemeranan /pelukisan watak.
Hasil belajar aspek; domain psikomotor yang mencakup keterampilan motorik, intelektual, sosial, Simpson membaginya menjadi tujuh kategori. Ketujuh kategori tersebut dari yang paling rendah hingga kategori paling tinggi yaitu: a) persepsi, b) kesiapan/set, c) respon terpirmpin, d) mekanisme, e) complex overt respon, f) penyesuaian, dan  g) originasi/penciptaan yang baru.
Hasil belajar siswa dapat diketahui dari pelaksanaan penilaian yang diadakan guni. Hasil belajar ini mempunyai beberapa tujuan a) menentukan tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran, b) mengetahui hasil belajar siswa, c) mengetahui efektivitas suutu metode yang dipakai, d) mendorong sem.angat belajar siswa, e) mengetahui bakat potensi siswa dan, j) menentukan rencana tindak lanjul untuk menanggulangi kesulitan belajar.

3. Pembelajaran
Menurut Sudiarto (1990) pembelajaran adalah upaya penataan lingkungan agar kegiatan belajar tumbuh dan berkembang secara optimal, oleh karena itu, belajar sesungguhnya bersifat internal dari siswa, sedangkan pembelajaran bersifat eksternal yaitu keadaan yang disengaja agar proses belajar mengajar terarah dan sistematis, karena di dalam proses pembelajaran ada peran guru, bahan ajar dan lingkungan yang kondusif yang sengaja dibentuk
Gagne dan Briggs (1979) berpendapat, pembelajaran adalah suatu rangkaian kegiatan yang mempengaruhi belajar mengajar sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses komunikasi antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa, sehingga terjadi perubahan sikap dan pola pikir yang diharapkan menjadi kebiasaan siswa. Guru berperan sebagai komunikator dan bahan ajar yang dikomunikasikan berisi pesan ilmu pengetahuan.
Bruner berpendapat bahwa, salah satu tahap dalam proses pembelajaran yaitu tahap enaktif, yaitu ditandai oleh manipulasi secara langsung objek-objek berupa benda atau peristiwa kongkret
2. Ilmu Pengetahuan Sosial
Moeljono Cokrodikardjo mengemukakan bahwa IPS adalah perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. Ia merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yakni sosiologi, antropologi budaya, psikologi, sejarah, geokrafi, ekonomi, ilmu politik dan ekologi manusia, yang diformulasikan untuk tujuan instruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah dipelajari.
Nu’man Soemantri menyatakan bahwa IPS merupakan pelajaran ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk pendidikan tingkat SD, SLTP, dan SLTA. Penyederhanaan mengandung arti: a) menurunkan tingkat
kesukaran ilmu-ilmu sosial yang biasanya dipelajari di universitas menjadi pelajaran yang sesuai dengan kematangan berfikir siswa siswi sekolah dasar dan lanjutan, b) mempertautkan dan memadukan bahan aneka cabang ilmu-ilmu sosial dan kehidupan masyarakat sehingga menjadi pelajaran yang mudah dicerna.
S. Nasution mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau paduan sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS
merupakan bagian kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peran
manusia dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai subjek sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial.
Tim IKIP Surabaya mengemukakan bahwa IPS merupakan bidang studi yang menghormati, mempelajari, mengolah, dan membahas hal-hal yang berhubungan dengan masalah-masalah human relationship hingga benar-benar dapat dipahami dan diperoleh pemecahannya. Penyajiannya harus merupakan bentuk yang terpadu dari berbagai ilmu sosial yang telah
terpilih, kemudian disederhanakan sesuai dengan kepentingan sekolah-sekolah.
3. Pembelajaran Value ClarificationTechniqu (VCT) 
Kosasih Djahiri (1978) mengemukakan beberapa alternatif model pembelajaran khusus dalam pembelaiaran Ilmu Pengetahuan Sosial, seperti model lecturing (ceramah yang disempurnakan), model pengajaran konsep, model ekspostion, model cipatori, model role playing, model VCT, model inquiry nilai, model analisa penrlaian nilai, mociel kerja keiompok, rnodel studi proyek, dan rnodel percontohan.
Dalam pembelajaran pengidentifikasian kenampakan buatan di Indonesia, peneliti akan menggunakan model pembelajaran VCT Analisis Nilai. Pembelajaran model VCT Analisis Nilai sangat selaras dengan tipe- tipe belajar yang dikemukakan oleh Jacques Delors (1966) seperti yang dikutip oleh Udin S. Winataputra (2005: 5.31), bahwa ada empat tipe belajar, yaitu:
a. Belajar tahu (learning to know)
1)  Menguasai pengetahuan sebagai in,forrnasi dan alat. 
2)  Belajar untuk belajar lebih lanjut.
3)  Belajar mengembangkan kemampuan.
b. Belajar berbuat (learraing to do)
1) Menguasai keterampilan kerja.
2) Menguasaa kompetensi profesional.
c. Belajar hidup bersama (learning to together)
 1) Memahami orang lain
2) Memahami keragarnan nilai dan saling ketergantungan 
3) Mampu bekerja sama
d. Belajar mengembangkan diri (learning to be)
1) Mengembangkan seluruh aspek kepribadian
2) Meningkatkan diri sesuai perkembangan lingkungan.
Anak sekolah dasar kelas V, sesuai teori perkembangan dari Jean Piaget yang dikutip oleh Mulyani Sumantri (2005: 1.14) perkembangannya telah sampai pada tahap operasional konkret. Anak pada tahap ini sudah dapat berpikir logis, mereka dapat berpikir secara sistematis dalam memecahkan masalah. Dalam materi kenampakan buatan di Indonesia, anak akan diajak untuk mencoba mengkaji kenampakan buatan di Indonesia.
Dengan pembelajaran model VCT, anak akan dibina/dibimbing  untuk memahami dan membiasakan perilaku yang sesuai dengan materi yang disampaikan. Dalam proses pembelajaran, tekanannya diarahkan pada bagaimana siswa belajar. Dengan cara ini siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, karena yang menjadi subjek belajar adalah siswa.
Seperti dikemukakan Kosasih Djahiri (1992) yang dikutip oleh Udin S. Winataputra (2005: 5.31), pembeIajaran model VCT memiliki beberapa keunggulan, yaitu:
a) Mampu membina dan mempribadikan (personalisasi) nilai moral.
b) Mampu mengklarifikasi dan mengungkapkan isi pesan nilai moral.
c) Mampu mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai moral diri siswa dan nilai moral dalam kehidapan nyata.
d) Mampu mengundang, melibatkan, mernbina, dan mengembangkan potensi siswa.
e) Mampu menaberikan pengalaman belajar berbagai kehidupan.
f) Mampu menangkal, meniadakan, mengintervensi dan mensubversi berbagai nilai moral-naif yang ada dalam sistim nilai dan moral yang ada dalam diri seseorang.
g) Menuntun dan memotivasi hidup layak dan bermoral tinggi.
Dengan pembelajaran model VCT siswa akan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran karena pusat kegiatan adalah siswa bukan guru. Siswa akan diajak belajar sambil bermain dengan cara membaca dan mengamati cerita tentang kehidupan sehari-hari yang mungkin saja pernah dilihat atau bahkan pernah dilakukan siswa. Guru hanya menjadi fasilitator yang membimbng siswa dalam menelaah kenampakan buatan di Indonesia.
Lebih lanjut A. Kosasih Djahiri (dalam Udin S. Winataputra) menjelaskan langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran model VCT sebagai berikut:
a. Persiapan
1) Menyusun Rencana Pembelajaran sesuai konsep yang akan diajarkan.
2) Menyusun materi yang akan disajikan melalui analisis nilai
3) Menyusun skenar:o kegiatan
4) Menyiapkan media stimulus untuk ber-VCT
5) Menyiapkan lembar kerja siswa yang berisi panduan ber-VCT
b. Pelaksanaan
1) Menjelaskan kepada siswa bahwa mereka akan ber¬-VCT
2) Pembagian media stimulus berupa cerita
3) Guru memperhatikan aksi dan reaksi spontan siswa terhadap cerita.
4) Melaksanakan dialog terpimpin melalui pertanyaan.
Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran dengan pendekatan VCT , guru tetap harus menjalankan unsur- unsur pembelajaran antara lain:
a. perkembangan anak;
b. kebutuhan anak;
c. karakteristik materi pelajaran;
d. lingkungan sebagai sarana belajar;
e. Kemampuan peneliti/ guru dalam melaksanakan pembelajaran. 
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian pustaka dan landasan teoritis para pakar dan beberapa hasil penelitiaan yang pernah dilakukan para peneliti, dapat dibuat kerangka berpikir sebagai berikut: “Perkembangan anak sekolah dasar (SD) telah sampai pada tahap operasional konkret. Anak pada tahap ini sudah dapat berpikir logis, mereka dapat berpikir secara sistematis dalam memecahkan masalah.”
Berdasarkan uraian di atas kerangka berpikir penulis sebagai berikut: apabila seorang anak telah sekolah di tingkat SD, menunjukkan anak tersebut telah sampai pada tahap operasional konkret, itu berarti anak tersebut akan marnpu berpikir secara sistematis dalam memecahkan masalah.

Contoh PTK Kenaikan Pangkat SD Terbaru IPS Kelas 5 BAB 2 Metode VCT

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir

C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, diduga melalui penggunaan pendekatan pembelajaran model VCT dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS tentang kenampakan buatan di Indonesia.
Berdasarkan dugaan tersebut di atas, hipotesis tindakan penelitian ini adalah “penggunaan pendekatan pembelajaran model VCT dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa.”

D. Indikator dan Kriteria Keberhasilan
Ada dua indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan perbaikan pembelajaran ini. Pertama ketuntasan siswa dalam menguasai materi pelajaran, siswa dikatakan tuntas belajar jika telah memperoleh tingkat penguasaan materi mencapai 70%. Kedua tingkat partisipasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, siswa dikatakan aktif jika memberi respon positif terhadap penjelasan dan pertanyaan guru, aktif dalam menelaah dan mengkaji kasus-kasus yang disajikan dalam cerita, aktif belajar dan bekerja sama dalam kelompok, serta aktif dalam mengkomunikasikan hasil kerja/diskusi kelompok.
Kriteria untuk mengukur keberhasilan perbaikan pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
a. Proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil jika 75% dari jumlah siswa telah mencapai standar ketuntasan belajar.
b. Proses perbaikan pembelajaran dikatakan berhasil jika 75% dari jumlah siswa terlibat aktif mengikuti kegiatan pembelajaran.

Contoh PTK Kenaikan Pangkat SD Terbaru IPS Kelas 5 BAB 2 Metode VCT 4.5 5 Unknown Sunday, June 19, 2016 Contoh PTK Kenaikan Pangkat - Contoh PTK Kenaikan Pangkat SD Terbaru IPS Kelas 5 BAB 2 Metode VCT - Berikut ini contoh laporan PTK lengkap ...


No comments:

Post a Comment